Senin, 30 November 2009

LIMA PERKARA

Syeikh syuqaiq bin ibrohim rah berkata: “aku telah bertanya kepada 700 orang alim mengenai 5 perkara, mereka semuanya menjawab dengan jawaban yang sama”.

1. Aku bertanya: “Siapa orang yang berakal”?
Mereka menjawab: “Orang yang tidak pernah mencintai dunia.”

2. Lalu aku bertanya, “Siapa orang yang cerdas?
Mereka menjawab:”Orang yang tidak mau direpotkan dunia.”

3. Lalu aku bertanya: “Siapa orang yang kaya”?
Mereka menjawab: “Orang yang ridho dengan sesuatu yang telah ditentukan Alloh untuknya.”

4. Lalu aku bertanya: “Siapakah orang yang yang fakir”?
Mereka menjawab: ”Orang yang hatinya selalu beserta dengan tuntutan dunia”.

5. Lalu aku bertanya: “Siapakah orang yang bakhil “? Mereka menjawab: “Orang yang selalu menolak hak Alloh Ta’ala dari harta miliknya.”

(Sumber: Kitab bahjatul wasail bi syarhi masail, syakh Muhammad nawawi albantani rah, dikutip dari comment seorang teman)

Kamis, 19 November 2009

Kisah Abu Bakar r.a dan Makanan Hasil Perdukunan

Abu Bakar memiliki seorang budak yang selalu memberikan sebagian pendapatannya kepada beliau. Suatu hari dia menghidangkan sedikit makanan kepada Abu Bakar r.a, lalu hamba sahaya itu berkata "Biasanya engkau selalu bertanya kepadaku dari mana penghasilanku ini. Namun hari ini engkau tidak menanyakannya". Abu Bakar menjawab "Aku sangat lapar, sehingga tidak sempat menanyakannya. Sekarang jelaskan tentang makanan ini". Hamba sahaya itupun menjelaskan asal- usul makanan tersebut "Dulu pada zaman Jahiliyyah, aku bertemu suatu kaum dan membacakan mereka mantera. Mereka berjanji kepadaku akan memberi imbalan atas jasaku. Dan pada hari ini, aku melewati perkampungan mereka. Kebetulan mereka sedang melangsungkan upacara pernikahan, jadi mereka memberiku makanan ini".

Abu Bakar r.a langsung berteriak "Kamu nyaris membinasakanku!". Kemudian dia berusaha memuntahkan makanan yang telah ditelannya itu, dengan memasukkan tangannya kedalam tenggorokannya. Namun makakan itu sulit dikeluarkan. Kemudian seseorang memberi tahu bahwa ia dapat muntah jika minum air sebanyak- banyaknya. Maka ia minta dibawakan segelas besar air dan langsung meminumnya, akhirnya dia dapat memuntahkan makanan itu.

Seseorang berkata kepadanya "Semoga Allah merahmati engkau, engkau telah bersusah payah mengeluarkan isi perut engkau hanya karena sesuap makanan". Jawab Abu Bakar "Walaupun aku harus kehilangan nyawa untuk mengeluarkan makanan itu, aku tetap akan mengeluarkannya. Aku mendengar Rasulullah bersabda 'Badan yang tumbuh dengan makanan haram. Api neraka pantas untuknya.' Aku khawatir, jika sebagian dari badanku ini tumbuh dari makanan ini".

Kisah Aisyah r.ha Bersedekah

Pada suatu hari Aisyah dihadiahi dua karung penuh uang dirham, yang jumlahnya kurang lebih 100.000 dirham. Kemudian Aisyah meminta beberapa kantung untuk diisi dengan uang tersebut. Lalu ia membagi-bagikannya dari pagi sampai sore hari sampai tak bersisa sedirham pun.

Hari itu Aisyah r.a sedang berpuasa, ketika berbuka ia meminta kepada pelayannya untuk menghidangkan makanan, pelayannya kemudian menghidangkan sekerat roti dan sedikit minyak zaitun lalu berkata "Alangkah baiknya seandainya kita bisa meminta saru dirham untuk membeli daging, sehingga hari ini kita berbuka puasa dengan daging". Aisyah r.ha berkata "Mengapa engkau katakan sekarang bukan sebelumnya?, niscaya aku akan memberimu".


Aisyah menerima banyak hadiah dari para shahabat yang lain, karena pada saat itu sering terjadi kemenangan sehingga uang berceceran bak biji-bijian. Namun walaupun demikian, Aisyah hidup sangat sederhana, meskipun menerima banyak hadiah yang berhak menadi miliknya, Aisyah r.ha tetap berpuasa, beliau selalu menyedekahkan hadiah yang diterimanya.

Tidak hanya itu saja, Aisyah memang dikenal sebagai orang yang suka bersedekah, meskipun sebenarnya dia sendiri membutuhkannya. Pada suatu hari datanglah seorang fakir meminta- minta, Aisyah berketa kepada pelayannya "Berikanlah roti itu", padahal pada saat itu dia hanya memiliki sekerat roti tanpa ada yang lainnya. Berkatalah pelanyannya "Tidak ada sedikitpun makanan di rumah ini untuk berbuka puasa nanti". Aisyah menjawab "Tidak mengapa". Akhirnya sekerat roti itu diberikan kepada orang fakir tersebut.

Suatu ketika Aisyah r.ha membunuh seekor ular. Lalu ia bermimpi seseorang berkata kepadanya "Engkau telah membunuh seorang muslim". Aisyah r.ha menjawab "Jika ular itu muslim, ia tidak akan memasuki kamar istri nabi". Orang itu menimpali"Ia datang dengan berhijab". Aisyah r.ha langsung bangun dari tidurnya dan menyedekahkan 12.000 dirham sebagai tebusan karena telah membunuh seorang muslim.

Urwah r.a berkata "Suatu hari aku melihat Aisyah menyedekahkan 70.000 dirham, padahal pakaiannya sendiri bertambal-tambal"

Subhanallah, sungguh mulia hati seorang Ummahatul Mukminin yang bernama Aisyah r.ha. Pada zaman sekarang sangat jarang dijumpai seorang istri yang bertindak seperti itu, bahkan malah sering kita jumpai seorang istri yang menuntut ini itu dari suaminya. Setiap uang yang deberikan suaminya habis untuk keperluan yang tidak penting, belanja yang mubazir, membeli pakaian, perhiasan, padahal di rumah dia masih menyimpan banyak perhiasan. Tidak jarang pula kita temuai seorang istri yang mengabaikan tetangganya yang kesusahan, dirinya hidup bermewah- mewah padahal tetangganya hidup melarat.

Namun bukan berarti semua istri seperti itu, masih kita jumpai istri- istri yang menjaga harta suami tatkala suami tidak di rumah, dan tidak segan- segan untuk menyedekahkan hartanya kepada yang berhak, karena ia sadar di dalam harta yang dimilikinya terdapat hak orang lain.

Semoga kita dapat meneladani kedermawanan Aisyah r.ha, dan kita selalu diistiqomahkan dalam usaha dakwah ini. Meskipun tidak bisa korban harta, kita bisa korban waktu sekedar untuk ta'lim di rumah, menjaga agar malaikat selalu menaungi rumah kita.

Selasa, 10 November 2009

Kisah Selembar Uang 50rb

Jum'at 6 November 2009 lalu, ada seorang mahasiswi yang baru pulang dari kampusnya. Seperti biasa, dia bolak-balik Solo-Boyolali untuk kuliah setiap hari Senin s.d. Jum'at.

Sepulang dari Solo ketika itu, indikator bensinnya menunjuk E. Tandanya dia harus mengisi bensinnya. Setelah menimbang- nimbang akhirnya dia mengisi bensin di batas kota Boyolali. Dalam saku bajunya dia tidak menemukan uang sedikitpun. Akhirnya dia mengeluarkan dompetnya, dia ingat bahwa di dalam dompet itu terdapat uang Rp. 55rb. 1 lembar 5 ribuan dan 1 lembar 50 ribuan.

Menimbang-nimbang ingin membeli bensin berapa banyak? Setiap di SPBU dia selalu membeli bensin sebanyak 10rb. Tetapi entah mengapa kali itu dia mengeluarkan uang 5 rb, dan memilih untuk menyimpan uang 50 ribuannya. Bensin yang didapatkannya kali itu pun sepertinya melebihi dari harga yang dibeli. Namun dia tidak ambil pikir.

Setelah mengisi bensin, dia meluncur ke tempat saudaranya di Sunggingan. Di sana dia menemuia adik sepupunya yang pulang dari pondok hari itu dan mau kembali lagi ke pondok. Disana dia memikirkan kembali tentang uang 50 rb itu. Dia ingin pulang ke rumah lalu mampir membeli es buah atau es rujak, namun entah mengapa saat itu dia tidak jadi pulang.

Akhirnya berangkatlah adik sepupunya ke sebuah pondok di Bekonang pada tepat jam 14.00.

Hari pun berjalan seperti biasa.

Menginjak adzan magrib, dia dikagetkan oleh adiknya yang tiba- tiba pulang lagi dalam keadaan menangis. Ternyata Allah mengambil barang yang bukan menjadi rezkinya, tas yang dibawanya hilang, beserta seluruh uang yang akan digunakan untuk membayar sekokahnya.

Ketika sholat, terbesit keinginan untuk memberikan uang 50 rb itu kepada adiknya. Tidak selang berapa lama, ibunya sms mengatakan bahwa dia diminta untuk memberikan uang 50 rb kepada adiknya.

Itulah kuasa Allah, Allah menetapkan rezeki atas makhluk yang diciptakannya. Seperti uang 50 rb tadi. Allah telah menetapkan siapa yang memiliki uang tersebut.

Hanya Karena Do'a

Tersebutlah seorang anak lelaki berusia 13 tahun. Dia merantau ke sebuah kota yang lumayan jauh dari kota tempat tinggalnya, hanya untuk mendapatkan ilmu yang dapat digunakannya di dunia dan akhirat. Dia adalah seorang santri dari sebuah pondok pesantren tahfidzul Qur'an.

Sekali dalam satu bulan dia pulang ke rumahnya. Itupun tidak sampai 1 hari penuh. Sampai pukul 10 pagi dan sudah harus kembali pukul 14.00 siang.

Ketika itu dia pulang kerumah, uminya bingung menyiapkan semua kebutuhannya selama 1 bulan ke depan. Namun sang Anak menolak membawa barang- barang yang disiapkan uminya. "Ga usah digawa Mi". Akhirnya sang Umi hanya memberikan uang 20 rb sebagai gantinya.

Sepuluh menit sebelum berangkat, Abi menitipkan uang untuk pembayaran pendidikannya selama 1 bulan ke depan. Sang anak pamit kepada uminya, Abinya mengantar kepergiannya ke terminal.

Abi pun akhirnya sampai di rumah lagi, menandakan sang anak telah menempuh perjalanannya menuju ke tempatnya menimba ilmu. Tamu tamu berdatangan, entah mengapa hari ini begitu banyak rezki di rumah itu. Mulai dari tamu datang minta terapi, murid-murid yang meminta pelajaran tambahan kepada sang ustad, kesemuanya membawa rezeki yang dititipkan oleh Allah.

Adzan magrib berkumandang. Abi pergi ke surau untuk Sholat, bersama dengan seorang tamu yang baru datang qobla magrib tadi. Selepas sholat, sang tamu meminta untuk ditemani makan. Rezeki lagi, abi pulang membawa bebek goreng.

Tatkala Abi sholat, anak yang berangkat menimba ilmu tadi pulang. Dalam keadaan menangis. Ketika ditanyakan, ternyata dia telah kehilangan tas nya. Tangisnya bukan karena tasnya yang hilang, tapi karena ketakutannya akan kemarahan abinya, uang yang dibawanya adalah gaji abinya sebulan mengajar di sebuah sekolah.

Umi, dengan segala kesabaran menenangkan anak itu. Mengatakan bahwa abi tidak akan marah, abi akan mngerti bahwa itu bukan rezekinya.

Setelah sang Abi pulang. Akhirnya terangkailah sebuah cerita. Hari itu keberangkatan anak tersebut berbeda dari biasanya. Ketika mencium tangan sang Umi lupa mendoakan anak tersebut, pen demikian abinya. Sang anak itu sendiri juga lupa mengucap bismillah sebelum naik kendaraan, dan ketika di dalam bus anak tersebut ketiduran sampai di terminal, dan ketika itu tas nya tidak ada di pangkuan.

Saudaraku, beginilah arti sebuah doa. Tatkala kita lupa mengucapkan doa itu, kita akan melupakan Allah. Tapi ketahuilah, Allah tidak pernah melupakan kita, rezeki telah Allah tetapkan sedemikian rupa, dan Allah selalu bersama hamba-Nya. Cerita di atas merupakan pelajaran, bahwa jangan sampai kita melupakan Allah, karena Allah tidak pernah melupakan kita.