Tersebutlah seorang anak lelaki berusia 13 tahun. Dia merantau ke sebuah kota yang lumayan jauh dari kota tempat tinggalnya, hanya untuk mendapatkan ilmu yang dapat digunakannya di dunia dan akhirat. Dia adalah seorang santri dari sebuah pondok pesantren tahfidzul Qur'an.
Sekali dalam satu bulan dia pulang ke rumahnya. Itupun tidak sampai 1 hari penuh. Sampai pukul 10 pagi dan sudah harus kembali pukul 14.00 siang.
Ketika itu dia pulang kerumah, uminya bingung menyiapkan semua kebutuhannya selama 1 bulan ke depan. Namun sang Anak menolak membawa barang- barang yang disiapkan uminya. "Ga usah digawa Mi". Akhirnya sang Umi hanya memberikan uang 20 rb sebagai gantinya.
Sepuluh menit sebelum berangkat, Abi menitipkan uang untuk pembayaran pendidikannya selama 1 bulan ke depan. Sang anak pamit kepada uminya, Abinya mengantar kepergiannya ke terminal.
Abi pun akhirnya sampai di rumah lagi, menandakan sang anak telah menempuh perjalanannya menuju ke tempatnya menimba ilmu. Tamu tamu berdatangan, entah mengapa hari ini begitu banyak rezki di rumah itu. Mulai dari tamu datang minta terapi, murid-murid yang meminta pelajaran tambahan kepada sang ustad, kesemuanya membawa rezeki yang dititipkan oleh Allah.
Adzan magrib berkumandang. Abi pergi ke surau untuk Sholat, bersama dengan seorang tamu yang baru datang qobla magrib tadi. Selepas sholat, sang tamu meminta untuk ditemani makan. Rezeki lagi, abi pulang membawa bebek goreng.
Tatkala Abi sholat, anak yang berangkat menimba ilmu tadi pulang. Dalam keadaan menangis. Ketika ditanyakan, ternyata dia telah kehilangan tas nya. Tangisnya bukan karena tasnya yang hilang, tapi karena ketakutannya akan kemarahan abinya, uang yang dibawanya adalah gaji abinya sebulan mengajar di sebuah sekolah.
Umi, dengan segala kesabaran menenangkan anak itu. Mengatakan bahwa abi tidak akan marah, abi akan mngerti bahwa itu bukan rezekinya.
Setelah sang Abi pulang. Akhirnya terangkailah sebuah cerita. Hari itu keberangkatan anak tersebut berbeda dari biasanya. Ketika mencium tangan sang Umi lupa mendoakan anak tersebut, pen demikian abinya. Sang anak itu sendiri juga lupa mengucap bismillah sebelum naik kendaraan, dan ketika di dalam bus anak tersebut ketiduran sampai di terminal, dan ketika itu tas nya tidak ada di pangkuan.
Saudaraku, beginilah arti sebuah doa. Tatkala kita lupa mengucapkan doa itu, kita akan melupakan Allah. Tapi ketahuilah, Allah tidak pernah melupakan kita, rezeki telah Allah tetapkan sedemikian rupa, dan Allah selalu bersama hamba-Nya. Cerita di atas merupakan pelajaran, bahwa jangan sampai kita melupakan Allah, karena Allah tidak pernah melupakan kita.
Sekali dalam satu bulan dia pulang ke rumahnya. Itupun tidak sampai 1 hari penuh. Sampai pukul 10 pagi dan sudah harus kembali pukul 14.00 siang.
Ketika itu dia pulang kerumah, uminya bingung menyiapkan semua kebutuhannya selama 1 bulan ke depan. Namun sang Anak menolak membawa barang- barang yang disiapkan uminya. "Ga usah digawa Mi". Akhirnya sang Umi hanya memberikan uang 20 rb sebagai gantinya.
Sepuluh menit sebelum berangkat, Abi menitipkan uang untuk pembayaran pendidikannya selama 1 bulan ke depan. Sang anak pamit kepada uminya, Abinya mengantar kepergiannya ke terminal.
Abi pun akhirnya sampai di rumah lagi, menandakan sang anak telah menempuh perjalanannya menuju ke tempatnya menimba ilmu. Tamu tamu berdatangan, entah mengapa hari ini begitu banyak rezki di rumah itu. Mulai dari tamu datang minta terapi, murid-murid yang meminta pelajaran tambahan kepada sang ustad, kesemuanya membawa rezeki yang dititipkan oleh Allah.
Adzan magrib berkumandang. Abi pergi ke surau untuk Sholat, bersama dengan seorang tamu yang baru datang qobla magrib tadi. Selepas sholat, sang tamu meminta untuk ditemani makan. Rezeki lagi, abi pulang membawa bebek goreng.
Tatkala Abi sholat, anak yang berangkat menimba ilmu tadi pulang. Dalam keadaan menangis. Ketika ditanyakan, ternyata dia telah kehilangan tas nya. Tangisnya bukan karena tasnya yang hilang, tapi karena ketakutannya akan kemarahan abinya, uang yang dibawanya adalah gaji abinya sebulan mengajar di sebuah sekolah.
Umi, dengan segala kesabaran menenangkan anak itu. Mengatakan bahwa abi tidak akan marah, abi akan mngerti bahwa itu bukan rezekinya.
Setelah sang Abi pulang. Akhirnya terangkailah sebuah cerita. Hari itu keberangkatan anak tersebut berbeda dari biasanya. Ketika mencium tangan sang Umi lupa mendoakan anak tersebut, pen demikian abinya. Sang anak itu sendiri juga lupa mengucap bismillah sebelum naik kendaraan, dan ketika di dalam bus anak tersebut ketiduran sampai di terminal, dan ketika itu tas nya tidak ada di pangkuan.
Saudaraku, beginilah arti sebuah doa. Tatkala kita lupa mengucapkan doa itu, kita akan melupakan Allah. Tapi ketahuilah, Allah tidak pernah melupakan kita, rezeki telah Allah tetapkan sedemikian rupa, dan Allah selalu bersama hamba-Nya. Cerita di atas merupakan pelajaran, bahwa jangan sampai kita melupakan Allah, karena Allah tidak pernah melupakan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar