Jumat, 07 Desember 2012

FATWA ULAMA TENTANG JAMAAH TABLIGH - Edisi Copas

1. Fatwa Darul Uloom Trinidad and Tobago tentang Jamaah Tabligh
Mengenai banyak diskusi tentang Dawah dan Tabligh atau Jamaah Tabligh, banyak cendekiawan dan lainnya seperti Dr Zakir Naik dan ulama lainnya mengkritik dan mengatakan itu adalah bidah untuk berpartisipasi dalam Dawah dan Tabligh, dari mana mereka mendapatkan pandangan-pandangan seperti ini ? Mereka mengatakan Jamaah Tabligh tidak berdasarkan Quran dan Sunnah. Apa pendapat Anda tentang masalah ini?

Upaya Jamaat Tabligh adalah salah satu yang sangat mulia yang telah sangat berhasil dan telah memperoleh penerimaan luas oleh ribuan Ulama besar dunia, dari permulaan hingga saat ini.
Pekerjaan ini hanya mengingatkan umat Islam tentang iman mereka dan menanamkan dalam diri mereka, keseriusan berlatih Islam. Pekerjaan Tabligh tidak memberitakan hal apapun yang bertentangan dengan ajaran Quran dan Sunnah, dan menyebarkan pesan Islam yang sebenarnya. Pekerjaan yang membawa pesan tentang bagaimana seorang Muslim dapat meraih sukses di dunia ini dan berikutnya, dan mendesak umat Islam untuk berpegang teguh kepada Sunnah Nabi (SA).

Penggagas Agar Meneruskan Usaha Dakwah yang masyarakat sebut Jemaah Tabligh


Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama. Saudaranya antara lain Maulana Muhammad yang tertua, dan Maulana Muhammad Yahya.
Ayah beliau, Syaikh Muhammad Ismail adalah seorang ruhaniwan besar yang suka menjalani hidup dengan ber-uzhlah, berkhalwat dan beribadah, membaca Alquran serta mengajarkan Alquran dan ilmu-ilmu agama. Adapun ibunda beliau, Shafiyah Al-Hafidzah, adalah seorang Hafidzah Alquran. Maulana Muhammad Ilyas pertama kali belajar agama pada kakeknya, Syaikh Muhammad Yahya. Beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya adalah penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi. Sejak saat itulah beliau mulai menghafal Alquran. Dari kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya. Beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah Asy-Syaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu Hadis pada madrasah Darul Ulum Deoband) pernah mengatakan, “sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat kisah perjuangan para sahabat.”
Pada suatu ketika saudaranya, Maulana Muhammad Yahya, pergi belajar kepada seorang alim besar dan pembaru yang ternama yakni Syaikh Rasyid Ahmad Al-Gangohi, di desa Gangoh, Utar Pradesh, India. Maulana Muhammad Yahya belajar membersihkan diri dan menyerap ilmu dengan bimbingan Syaikh Rasyid. Hal ini membuat Maulana Muhammad Ilyas tertarik untuk belajar pada Syaikh Rasyid sebagaimana kakaknya. Akhirnya Maulana Ilyas memutuskan untuk belajar agama menyertai kakaknya di Gangoh. Akan tetapi selama tinggal dan belajar di sana Maulana Ilyas selalu menderita sakit. Sakit ini ditanggungnya selama bertahun-tahun lamanya. Tabib Ustadz Mahmud Ahmad putra dari Syaikh Gangohi sendiri telah memberikan pengobatan dan perawatan pada beliau. Sakit yang dideritanya menyebabkan kegiatan belajarnya pun menurun, akan tetapi beliau tidak berputus asa. Banyak yang menyarankan agar beliau berhenti belajar untuk sementara waktu, tapi beliau menjawab, “apa gunanya aku hidup jika dalam kebodohan”.
Dengan izin Allah SWT, Maulana pun menyelesaikan pelajaran Hadis Syarif, Jami’at Tirmidzi dan Shahih Bukhari. Dan dalam jangka waktu empat bulan beliau sudah menyelesaikan Kutubus Sittah. Tubuhnya yang sering terserang sakit semakin membuat beliau bersemangat dalam menuntut ilmu. Begitu pula kerisauannya bertambah besar terhadap keadaan umat yang jauh dari syari’at Islam. Beliau akhirnya berkenalan dengan Syaikh Khalid Ahmad As-Sharanpuri penulis kitab Bajhul Majhud Fi Hilli Alfazhi Abi Dawud dan berguru kepadanya. Semakin bertambah ilmu yang dimiliki membuat beliau semakin tawaddu’ serta dihormati di kalangan para ulama dan masyaikh. Suatu ketika di Kandhla ada sebuah pertemuan yang dihadiri oleh ulama-ulama besar. Di antaranya terdapat nama Syaikh Abdurrahman Ar-Raipuri, Syaikh Khalil Ahmad As-Sharanpuri dan Syaikh Asyraf Ali At-Tanwi. Waktu itu tiba waktu shalat Ashar. Mereka meminta Maulana Ilyas untuk mengimami shalat tersebut. Setelah kematian kakaknya, Maulana Muhammad Yahya, pada 9 Agustus 1925, orang ramai meminta kepada Maulana Ilyas untuk menggantikan kakaknya di Nizamuddin. Waktu itu beliau sedang menjadi salah seorang pengajar di Madrasah Mazhahirul Ulum. Akhirnya, setelah mendapat izin dari Maulana Khalil Ahmad dengan pertimbangan jika tinggalnya di Nizamuddin membawa manfaat maka Maulana Ilyas diberi kesempatan untuk berhenti mengajar.
Beliau akhirnya pergi ke Nizamuddin, ke madarasah warisan ayahnya yang kosong akibat lama tidak dihuni. Dengan semangat mengajar yang tinggi beliau membuka kembali madrasah tersebut. Semangat yang tinggi untuk memajukan agama, beliau pun mendirikan Maktab di Mewat. Namun kondisi geografis yang agraris menyebabkan masyarakatnya lebih menyukai anak-anak mereka pergi ke kebun atau ke sawah daripada ke Madrasah atau Maktab untuk belajar agama, membaca atau menulis. Maulana Ilyas dengan terpaksa meminta orang Mewat untuk menyiapkan anak-anak mereka untuk belajar dengan biaya yang ditanggung oleh Maulana sendiri. Besarnya pengorbanan Maulana hanya untuk memajukan pendidikan agama bagi masyarakat tidak mendapatkan perhatian. Mereka enggan menuntut ilmu dan lebih senang hidup dalam kondisi yang sudah dijalani turun temurun. Melihat keadaan Mewat itu, semakin menambah kerisauan beliau akan keadaan umat Islam. Kunjungan-kunjungan diadakan bahkan madrasah-madrasah banyak didirikan, tetapi hal itu belum dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat Mewat. Dengan izin Allah timbullah keinginannya untuk mengirimkan jamaah dakwah ke Mewat.
Pada tahun 1351 H/1931 M, beliau menunaikan haji yang ketiga ke Tanah Suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab guna mengenalkan usaha dakwah. Selama di Makkah, jamaah bergerak setiap hari sejak pagi sampai petang, usaha dakwah terus dilakukan untuk mengajak orang taat kepada perintah Allah. Dalam pandangan Maulana Muhammad Ilyas, dakwah merupakan kewajiban umat Nabi Muhammad SAW. Pada prinsipnya setiap orang yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Muhammad memiliki kewajiban mendakwahkan ajarannya, yaitu agar selalu taat kepada Allah dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah. Sepulang dari haji, Maulana mengadakan dua kunjungan ke Mewat, masing-masing disertai jamaah dengan jumlah sekitar seratus orang. Dalam kunjungan tersebut beliau selalu membentuk jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk ber-jaulah (berkeliling dari rumah ke rumah) guna menyampaikan pentingnya agama. Beliau sepenuhnya yakin bahwa kebodohan, kelalaian serta hilangnya semangat agama dan jiwa keislaman itulah yang menjadi sumber kerusakan. Dari Mewat inilah secara berangsur-angsur usaha tabligh meluas ke Delhi, United Province, Punjab, Khurja, Aligarh, Agra, Bulandshar, Meerut, Panipat, Sonepat, Karnal, Rohtak dan daerah lainnya. Begitu juga di bandar-bandar pelabuhan banyak jamaah yang tinggal dan terus bergerak menuju tempat-tempat yang ditargetkan sepeti halnya daerah Asia Barat. Terbentuknya jamaah ini adalah dengan izin Allah melalui kerisauan seorang Maulana Muhammad Ilyas. Kemudian menyebarlah jamaah-jamaah tabligh yang membawa misi ganda yaitu ishlah diri (perbaikan diri sendiri) dan mendakwahkan kebesaran Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Perkembangan jamaah ini semakin hari semakin tampak. Gerakan jamaah tidak hanya tersebar di India tetapi sedikit demi sedikit telah menyebar ke barbagai negara. Hanya kekuasaan Allah yang dapat memakmurkan dan membesarkan usaha ini.
Pada hari terakhir dalam sejarah hidupnya, Maulana mengirim utusan kepada Syaikhul Hadits Maulana Zakariya, Maulana Abdul Qodir Raipuri, dan Maulana Zafar Ahmad, bahwa beliau akan mengamanahkan kepercayaan sebagai amir jamaah kepada sahabat-sahabatnya seperti Hafidz Maqbul Hasan, Qozi Dawud, Mulvi Ihtisamul Hasan, Mulvi Muhammad Yusuf, Mulvi Inamul Hasan, Mulvi Sayyid Raza Hasan. Pada saat itu terpilihlah Mulvi Muhammad Yusuf sebagai pengganti Maulana Muhammad Ilyas dalam memimpin usaha dakwah dan tabligh. Pada sekitar bulan Juli 1944 beliau jatuh sakit yang cukup parah. Kondisi tubuhnya yang lemah merupakan bukti bahwa beliau bersungguh-sungguh menghabiskan waktu mengembara dari satu tempat ke tempat lain bersama dengan jamaah untuk mendakwahkan kebesaran Allah. Akhirnya Maulana menghembuskan nafas terakhirnya, beliau pulang ke rahmatullah sebelum adzan Shubuh.
Beliau tidak banyak meninggalkan karya-karya tulisan tentang kerisauannya akan keadaan umat. Buah pikiran beliau dituang dalam lembar-lembar kertas surat yang dihimpun oleh Maulana Manzoor Nu’mani dengan judul Aur Un Ki Deeni Dawat yang ditujukan kepada para ulama dan seluruh umat Islam yang mengambil usaha dakwah ini.

Sumber : http://imanamalsoleh.wordpress.com/2009/09/09/maulana-muhammad-ilyas-al-kandahlawi/

Sebuah Pandangan Ilmiah tentang Jamaah Tabligh (Review) - Edisi Copas.. ^_^



Judul asli : Nadzrah Ilmiyah fi Ahlit Tabligh wad Da’wah
Pengarang : Syeikh Ayman Abu Syadi
Penerbit : Maktabah Al-Majallad Al-Araby Cairo
Jumlah seri : 5 buku
Jumlah hal : seri I (128 h) seri II (128 h) seri III (270 h) seri IV (285 h) seri V (319 h)


Buku ini terdiri dari 5 seri dengan kwantitas halaman yang berlainan. Diikarang oleh Syeikh Ayman Abu Syadi. Beliau adalah alumni universitas Al-Azhar dengan memperoleh ijazah ‘aliyah (licence) dari fakultas Syariah Islamiyah, sebagaimana tertulis pada sampul bukunya. Beliau juga memiliki sanad (rantai ilmu) dalam bidang aqidah, hadits, ushul fiqh, dan fiqh, bahkan sudah diberi izin (ijazah) oleh gurunya untuk menyampaikan ilmu yang telah didapatkannya.
Kelima seri buku karya Syeikh Ayman Abu Syadi ini tampaknya patut menjadi buku bacaan para pegiat dakwah (lebih khusus : JT) agar tidak runtuh oleh banyaknya tuduhan-tuduhan dari kelompok-kelompok yang tidak menyukainya.

Tentang Jamaah Tabligh / Usaha Dakwah


Bismillah..
Artikel ini ana buat karena kerisauan ana terhadap pandangan yang salah terhadap usaha dakwah. Sehingga membuat orang-orang semakin antipati terhadap usaha dakwah yang mulia ini. 
Jika kita search di Google dengan keyword yang mengandung kata "Jamaah tabligh" maka hasil yang muncul mayoritas adalah artikel berisi kesesatan-kesesatan yang dilakukan oleh kaum pekerja dakwah ini, padahal meskipun ana masih baru dalam usaha dakwah ini, tuduhan- tuduhan itu tiada kebenarannya. Nama jamaah tabligh inipun seakan melekat dengan para pekerja dakwah, padahal nama inipun sebenarnya adalah "pemberian" dari orang2 tersebut. Semoga Allah senantiasa meneguhkan hati kita dalam usaha yang mulia ini. 
Ketika search dengan kata "usaha dakwah" maka yang muncul adalah karguzari, mudzakarah, dan pembahasan-pembahasan lain yang jauh dari kata tuduhan, perdebatan, dan serupa dengan itu. Rasanya adem dan tentunya menambah semangat kita untuk selalu berdakwah di jalan Allah.. 
Berikut ini ada kutipan tanya jawab dari seseorang yang khawatir dirinya "sesat" karena pernah keluar 3 hari dengan para pekerja dakwah, dan dijawab oleh salah satu ustad pengasuh rubrik tanya jawab Eramuslim.com